Gembira Loka. Pertama kali aku ke sana yaitu ketika aku
masih tercatat sebagai anak TK dan itu sudah hampir 18 tahun yang lalu. Setelah
sekian lama tak pernah melihatnya, hari ini aku mendapat kesempatan untuk
berkunjung ke Gembira Loka sekedar refreshing. Kalo bukan karena ajakan
keluarga baruku, mana mungkin aku bisa ke sana lagi, lha wong untuk beli tiket
masuknya saja sudah lumayan mahal, apalagi harus memakai uang sendiri, mending
ga usah, haha. Maka dari itu, aku bersyukur karena aku mendapat kesempatan
untuk menikmati suasana yang menyenangkan ini.
Di Gembira Loka, ada begitu banyak binatang (yaiyalah,
namanya saja kebun binatang). Segala jenis binatang terdapat di sana, mulai
dari sebangsa reptil, mamalia, burung, ikan, dan masih buanyak lagi. Bentuk dan
rupa binatangnya pun beraneka ragam dan itu yang membuatku takjub, betapa
hebatnya Tuhan itu menciptakan setiap hewan lengkap dengan keindahan dan
keunikan masing-masing (kita pun harusnya bangga karena kita juga salah satu
ciptaan yang dibuat serupa dengan Dia). Ular misalnya, ternyata ada begitu
banyak macam ular, warna dan motifnya pun berbeda-beda. Ada juga ikan yang
guedhe sebesar guling bahkan lebih besar lagi, aku sampai terkagum-kagum, ndomblong ketok ndesone, haha. Apalagi ketika
aku melihat burung-burung yang ada di sana, wuiih indah nian bulu-bulu mereka. Semuanya
sungguh amat indah. Tetapi di antara bermacam-macam keindahan yang aku temui di
sana, ada satu hewan yang membuat aku penasaran atau mungkin lebih mengarah
pada rasa iba. Aku melihat seekor tapir sendirian di kandangnya. Ia sedang
makan rumput eh bekatul ding. Badannya gemuk, sehat, tapi aku melihat kedua
matanya mengeluarkan air mata seolah ia mau berkata bahwa ia sedang menangis
menanggung kesedihan. Dalam hatiku pun timbul rasa belas kasihan menyaksikan
peristiwa secamam itu. Coba kalo tapir itu bisa diajak ngobrol, pasti aku bisa
tau kenapa ia berlinang air mata seperti itu. Pikiranku pun mencoba
menganalisa, kira-kira tapir itu kenapa ya?hm, aku rasa dia sedih tinggal di
kandang itu sendirian seorang diri jauh dari habitat asli dan kawanannya. Kalopun
ada keramaian, itu pun hanya pengunjung yang setiap hari datang melihatnya tapi
tak tau apa yang dia rasakan. Mungkin sangat pas dengan salah satu lagunya
Dewa, di dalam keramaian aku merasa sepi..huhu. Dan aku pun jadi kepikiran
dengan nasib binatang-binatang lainya yang ada di Gembira Loka, burung-burung
yang tak pernah merasakan kepakan sayap mereka ketika terbang karena hanya
mendekam di sangkar besi, ular-ular yang tak pernah merasakan aroma tanah
karena harus mendekam dalam kotak kaca, ataupun sebangsa kera,monyet,orang utan
yang harus tinggal dalam kurungan besi tak pernah merasakan aroma hutan, dan
masih banyak lagi hewan yang terkurung di sana. Ah, kenapa mesti ada kebun
binatang kalo hewan-hewan yang ada di dalamnya tak merasakan kebahagiaan
sebagai mahkluk hidup yang punya hak untuk hidupnya sendiri?
Aku pun jadi merenungkan kehidupan ini. Aku tak bisa
membayangkan bagaimana nasib seseorang yang hidupnya tak pernah bisa bertemu
dengan “kebebasan”? Akan menjadi seperti apa hidup manusia ketika ia tak bisa
lepas dari keterikatan dengan waktu, lingkungan, keadaaan, masa lalu atau
sesuatu yang membelenggu dirinya? Pasti akan sangat menghambat orang untuk bisa
menjadi dirinya sendiri. Ia tidak bisa mengeluarkan semua daya kemampuan dan
keahlian yang dimilikinya karena ia terkekang oleh keterikatan. Ya, aku rasa
setiap orang memang membutuhkan kebebasan untuk mengaktualisasikan kemampuan
dirinya. Ketika akhirnya orang bisa membebaskan dirinya dari keterikatan yang
mengekang daya kreativitasnya, ia memiliki modal besar untuk mengekspresikan
dan mengungkapkan semua pikiran, ide dan daya imajinasi yang ada dalam dirinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar