Sabtu, 24 November 2012

Buta


Tak terhitung waktu sejak engkau ada.
Terbuka lalu kau pun bisa membaca.
Ketika malam akhirnya tiba,
engkau masih saja duduk terjaga.

Selepas tengah malam, angin mulai terasa.
Lalu kau pun berkata,"Aku butuh dia."
Kau cari di sela kertas yang baru saja kau baca.
Tak ada.

Setelah satu jam terlewat dengan percuma,
selimut yang dicarinya datang.
Bercorak kotak diselingi gambar wayang.
Ia mulai senang.

Berpelukanlah mereka.
Saling bercumbu dalam gelap membisu.
Mereka lupa.
Buta.


Jumat, 23 November 2012

Laron: Berjuang untuk Terbang



Hujan datang lagi. Kali ini datang bersama berpuluh-puluh kawan: Laron. Mereka saling berebut untuk menggapai lampu seolah di sanalah ada garis akhirnya. Tak peduli mereka harus terbang begitu tinggi, mungkin ada kebahagiaan ketika akhirnya sampai menyentuh lampu atau malah kesakitan? Ah, saya tak begitu tahu apa yang mereka cari. Hanya perjuangan mereka yang menyentuh perasaan dan pikiran saya.

Sayap mereka ada empat, tipis dan juga lembut, sementara badan mereka, wuiih menggembung dan pasti berat untuk ukuran serangga seperti mereka (laron itu sebangsa serangga kan ya?). Mereka terbang dengan menahan berat badannya dan itulah perjuangan. Ketika akhirnya mereka sampai meraih lampu, yang saya dapati adalah beberapa dari mereka mengalami penderitaan: patah sayap, lalu akhirnya jatuh ke lantai dan belum mati. Mereka hanya berjalan dan entah apa yang mereka cari: sarangnya?sayapnya?makan?atau kematian? Saya belum tahu. Tapi itulah mereka. Dengan sekuat tenaga mereka terbang, menikmati kebebasan dari kurungan tanah, pelan-pelan sayap mereka patah, lalu jatuh dan akhirnya hanya bisa berjalan, kembali ke tanah. Dan esok pagi mereka akan bergeletakan di jalan, terkapar dalam kematian.

Terima kasih, Laron. Kalian telah mengajarkan tentang arti perjuangan. Tak perlu mencari alasan bertele-tele untuk berjuang. Ketika yakin dengan suara hati, maka selanjutnya adalah berjuang. Berjuang dengan segala kondisi yang menyertai. Terbukti, laron dengan kelebihan berat badannya mampu terbang bahkan bertahan dalam kesakitan. Itu mereka lakukan karena mereka mampu berjuang. Maka, jangan kalah dengan apapun keadaan. Jika keyakinan masih ada, itulah kesempatan untuk berjuang.

Laron, andai kita bisa berbicara :)

Kamis, 22 November 2012

Hujan : Nyaman dan Aman


Hujan yang lama. Dari siang tadi, sekitar jam 12-an sampai sekarang masih saja hujan mengguyur lamunan. Tidak deras, tidak juga pelan, hujan yang sedang-sedang saja. Kalo orang bilang, ini hujan yang romantis, tetes air yang lembut lagi pelan. Wuiih, romantis dari mananya coba? Yang ada malah hujan yang melenakan, menggiurkan, dan tentu saja memalaskan.
Irama tetesan hujan yang pelan, merdu seolah membuat badan enggan untuk bergerak. Pengennya menikmati kenyamanan badan. Ya, itulah hujan hari ini. Hujan yang nyaman sekaligus menenangkan.

Pikiran saya menjadi tergugah. Otak saya mencari pemahaman dengan penalaran seadanya dan tentu saja sekenanya. Mayoritas suasana yang ditawarkan hujan ketika datang adalah nyaman dan tentu saja tenang, yang akhirnya membuat badan terasa aman untuk tetap berlindung. Saya hanya ingin mengambil poin bahasan tentang: nyaman dan aman.

Nyaman dan aman. Situasi yang menawarkan kesenangan, keengganan untuk bergerak, santai menikmati suasana dan merasa betapa nikmatnya suasana aman dan nyaman. Orang sering terlena dalam suasana kenyamanan ditambah rasa aman, membuat orang lupa bahwa dirinya sedang dalam perutusan. Memang sih, tidak ada salahnya untuk tinggal dalam suasana nyaman sekaligus aman. Semua orang berhak untuk mendapatkan dan merasakannya. Namun, yang perlu disadari juga adalah suasana nyaman dan aman pelan-pelan akan membunuh kesadaran dan akhirnya menjadi orang yang enggan untuk berjuang. Nyaman tidak hanya diperoleh dalam keadaan hujan, entah nyaman karena kedudukan, nyaman karena pekerjaan, nyaman karena tak dikenal banyak orang, nyaman karena bebas dari tugas dan masih banyak lagi nyaman yang lain. Seringkali pembenaran diri yang muncul adalah, hidup cuma sekali buat apa dibuat susah. Pembenaran yang dikeluarkan untuk melanggengkan keadaan nyaman. Seperti yang saya sampaikan tadi, nyaman memberikan tawaran menyenangkan yang akhirnya melemahkan.

Terlalu lama berada dalam suasan nyaman menjadikan kita tak sadar bahwa kita memiliki kemampuan yang melebihi kenyaman yang kita dapatkan. Keluarlah dari kenyamanan dan lihat masih banyak yang bisa kita lakukan daripada sekedar memanjakan kebutuhan jasmani tanpa mengembangkan kemampuan kita. Kita dilahirkan bukan untuk mendapatkan kenyamanan, tetapi kita dilahirkan untuk mengalahkan kenyamanan. Selama kenyamanan masih ada, kita belumlah memenuhi tugas perutusan kita.

Rabu, 21 November 2012

GoodDay Vanilla Latte: Korelasi Bungkus dan Isi

Malam ini niat hati ingin menonton bola, liga Champions Eropa, namun apa dikata dari jam 9 malam mata sudah mulai ngantuk. Selepas jam 9 akhirnya kantuk datang melanda dan jadilah tertidur di depan TV sampai jam 11 an malam. Terbangun, segera saya masuk ke dapur dan menuangkan air panas ke dalam cangkir dari sebuah dispenser. Setelah cangkir hampir penuh, mata dan tangan pun bergerilya di antara tumpukan sachetan kopi yang teronggok di kotak plastik dan ketemulah sachet: GoodDay Vanilla Latte. Saya pikir lumayan nih untuk menambah daya terang mata. :)



Segera saya buka bungkusnya dan menuang isinya ke dalam cangkir, mengaduknya dan jadilah secangkir GoodDay Vanilla Late :) Mantap !! Rasanya memang khas, lain daripada yang lain dan yang jelas kemepyar.
Entah sengaja atau tidak datanglah sekelebat pencerahan dalam otak saya. Ternyata bungkus itu mencerminkan isinya. Ketika saya memilih sachet GoodDay Vanilla Latte lalu membuat secangkir kopi, rasa yang terjadi memang seperti layaknya kopi yang berasa vanilla. Akan menjadi lain rasanya jika saya memilih Kopi Kapal Api Grande atao Coffemix White Coffe atau Kopi Kapal Api Classic. Yayaya.. bungkus dan rasa yang tertera mencerminkan rasa. Artinya selaras dengan apa yang ditawarkan, tidak terjadi ke-slenco-an dalam arti, tidak ada perbedaan antara tulisan rasa di bungkusnya dengan sajian yang sudah dibuat dalam bentuk seduhan.

Belajar dari bungkus GoodDay Vanilla Latte ini, saya menjadi berandai-andai, alangkah bijaknya kita bila apa yang menjadi "bungkus" diri kita sesuai dengan apa yang menjadi "isi" kita, antara tampilan luar dan tampilan dalam terjadi korelasi yang klop, sejalan dan searah, tak berjalan sendiri-sendiri. Maksudnya adalah apa yang menjadi prinsip hidup, setiap perkataan yang kita ucapkan sebisa mungkin selaras dengan apa yang kita lakukan. Tidak ada ke-slenco-an antara ucapan dan tindakan. Kadang kita terjebak dalam orasi kata-kata tapi tak pernah bisa mewujudkannya dalam tindakan nyata, istilah orang Jawa, gajah diblangkoni, iso kotbah ora iso nglakoni. Itu memang wajar dialami manusia, tetapi akan menjadi lebih baik jika kita mampu untuk menyelaraskan antara ucapan dan tindakan layaknya berguru pada sebungkus GoodDay Vanilla Latte.


Selasa, 20 November 2012

Spiritualitas Pohon Pisang: Tak Kenal Lelah untuk Berbuah



Pisang. Hampir semua orang pasti pernah memakan pisang. Kalaupun belum pernah, minimal tahu apa itu buah pisang. Entah di pasar tradisional, pasar modern sejenis Indomart, Alfamart, atau sekelas Super Indo bahkan Carrefour pun menyediakan pisang dalam daftar jual mereka. Begitu terkenalnya buah yang satu ini. Rasanya manis. Cara memakannya pun mudah, cukup kupas kulitnya dan tinggal hleep!! Maka terasalah nikmatnya buah pisang :) Jenisnya ada banyak, ada pisang ambon, ada pisang susu, ada pisang kepok, ada pisang raja, ada pisang emas, dan masih banyak lagi tentunya.

Kenapa saya menjadi membicarakan pisang malam ini? karena selepas makan malam tadi saya makan pisang dan dari hal yang sebenarnya aktivitas biasa, menguyah pisang, keluarlah pencerahan dalam pikiran saya tentang pisang.

Dalam pikiran saya berkecamuk obrolan santai. Pisang itu tak kenal waktu untuk berbuah. Tidak seperti buah pada umumnya, misal buah mangga, buah rambutan, buah durian, atau apel yang memerlukan waktu atau musim tertentu untuk berbuah. Sementara pisang, lihatlah dia tak membutuhkan waktu khusus untuk berbuah. Setiap saat bisa berbuah, tak tergantung pada waktu dia hidup. Dan yang penting lagi adalah pohon pisang bisa tumbuh di mana saja, entah di sawah, di pekarangan, di pinggiran kolam, di pinggiran sungai, bahkan di pot pun bisa. Hebat. Sudah tak memerlukan waktu tertentu untuk berbuah, bisa tumbuh di mana saja, asal ada tanah. Yang lebih penting lagi adalah semua bagian pohoh pisang bisa berguna. Buahnya bisa dimakan, daunnya bisa digunakan sebagai pembungkus makanan, Ontel atau bunga buahnya bisa dijadikan sayur, batangnya bisa digunakan untuk pagelaran wayang kulit, pelepahnya bisa digunakan untuk bahan kerajinan tangan. Wuiih !! Benar-benar migunai tumrap manungsa. Semua yang ada di pohon pisang sungguh berdayaguna.

Apa yang ingin saya sampaikan?
Maksud yang ingin saya sampaikan adalah alangkah indahnya jika hidup kita pun bisa seperti pohon pisang, dari ujung bawah sampai ujung atas semua bisa berguna. Tak peduli waktu, tak peduli tempat hadir, dalam kondisi siap memberikan yang terbaik. Tak perlu harus menunggu saat yang tepat apalagi tempat yang indah untuk bisa bermanfaat. Di mana pun dan kapan pun adalah soal kemauan. Saya percaya bahwa kita semua memiliki daya guna atas diri kita, entah yang sudah kita sadari ataupun yang belum kita ketahui. dan kita dipanggil untuk memberikan apa yang kita miliki bagi sekitar kita di mana pun kita berada. Bahwa untuk membuktikan, kita benar-benar punya kegunaan bagi hidup ini tak perlu menunggu waktu yang kita anggap tepat, just do what you have to do. 

Belajar dari pohon pisang yang bisa berbuah kapan saja dan di mana saja, itu adalah cara yang baik untuk membuktikan bahwa kehadiran kita punya arti, tak sekedar hadir tanpa alasan yang tak berarti.





Aku Suka Memandangmu

Tak sengaja aku menatapmu,
duduk di seberang depanku,
serasa waktu berhenti berlalu,
ketika sepasang mata kita bertemu,
ingin aku katakan,
Aku suka memandangmu..
Dua bola matamu hitam,
bulat tebal berhiaskan silam,
menggetarkan jiwa kala kupandang
di tengah genderang siang,
Rambutmu tergerai menghayutkan lamunanku
menggenggam lentik jari tanganmu,
berjabat tangan ingin mengenalmu,
dan ingin aku katakan,
hai..Aku suka senyummu..
Kedua mataku tak pernah lelah,
mencarimu di antara tawa dan gelisah,
berharap menemukan seutas senyum yang tersimpul menghiasi bibirmu,
dan kunikmati ketika kita saling beradu lirik,
sayup-sayup terasa malu dan juga seru,
ingin aku mendekatimu dan kukatakan,
Aku suka dengan tatapanmu,
3 jam akhirnya berlalu,
saatnya aku berpisah dengan senyummu dan lentik tatapanmu,
Tiada kebahagiaan yang berlalu hari ini,
selain terbayang akan manis senyummu,
Meski aku tak tahu siapa namamu,
ingin kusampaikan terima kasih aku bisa bersamamu,
memandangmu, mencuri lirik kedua matamu,
dan menikmati indahnya senyummu.
Semoga kita bisa bertemu lagi.
selalu ada berkah dalam setiap kesempatan,
wisma nazareth, 17 juli 2012

Senin, 19 November 2012

Semut Mobal : dari Chaos menuju Keteraturan


    
Semut mobal. Siapa yang belum pernah melihat semut mobal (kawanan semut yang tumpah ruah karena sarangnya rusak atau dirusak)? Saya rasa hampir semua orang pernah menyaksikan peristiwa ini: Semut Mobal. Ketika kejadian ini berlangsung, semua semut tumpah ruah, bergerak tak terkendali karena sarang mereka rusak atau diganggu. Mereka berjalan tak peduli mana kawan dan mana jalan. Beberapa semut akan mengangkut kroto (semut yang masih keci berwarna putih), beberapa lainya bingung ke mana harus berjalan, sementara sang Ratu koloni semut pun juga bingung karena singgasana rusak. Bisa dibayangkan bagaimana keadaan seperti itu. Sarang mereka hancur lalu mereka keluar semua, bergerak tak terkendali, jalan ke sana-sini tanpa arah yang jelas, benar-benar kacau: Chaos.

Lalu kenapa saya menuliskan ini?
     Pertama, pagi ini saya menjumpai kawanan semut mobal itu pagi tadi ketika sedang menyapu garasi. Sarang semut hitam di sebuah besek, terbuang di depan garasi dan terjadilah kawanan semut mobal. Entah kemana mereka akan membangun sarangnya lagi, aku tak tahu. Yang pasti, mereka kelimpungan tak karuan, sarang mereka rusak. Namun saya percaya bahwa mereka akan membangun sarang lagi entah di mana tempatnya, saya tak tahu persis karena memang saya tak bertanya pada semut-semut itu (hoho). Dari keadaan chaos tak beraturan itu, semut-semut akan menata kehidupan mereka kembali menuju keteraturan. Mereka akan mencari tempat baru, membangun kehidupan baru yang akhirnya akan menjaga kelangsungan kehidupan koloni mereka. Sungguh peristiwa kehidupan yang indah sekaligus mulia.
     Kedua, kita pun bisa belajar dari peristiwa semut mobal yang mungkin sering kita jumpai dalam kehidupan kita, dari chaos menuju keteraturan. Sebagai manusia yang hidup di dunia ini, pasti adakalanya kita berada dalam keadaan "chaos" alias semrawut, merasakan bahwa hidup begitu rusuh, banyak masalah ini-itu yang tak kunjung menemukan solusi, banyak permasalahan karena relasi dengan si anu dengan si itu, datang masalah yang seolah membuat tak berdaya, lelah, dan akhirnya ingin mengucapkan kata menyerah. Itu memang wajar karena itulah hidup.
     Ketiga,akhirnya yang paling menentukan kelangsungan hidup ketika kita mengalami masa-masa chaos adalah daya tahan dan kepekaan menggunakan panca indera yang ada dalam tubuh kita. Belajar dari semut mobal. Awalnya mereka memang kelimpungan mendapati sarang mereka rusak, tapi pelan-pelan mereka menemukan ritme hidup mereka kembali, mereka memulai dari awal lagi untuk membangun sarang dan akhirnya mereka pun berhasil melangsungkan hidup mereka kembali. Sungguh pelajaran yang sempurna. Kalopun kita mengalami saat-saat chaos itu, kuncinya adalah bersabar, gunakan kemampuan bertahan yang kita miliki, lihat situasi kita, dan yakinlah bahwa kehidupan akah terus berjalan, yang artinya masa-masa kechaosan akan berakhir jika kita mau bergerak untuk mengakhirinya.

     Selalu yakinlah bahwa apapun keadaan yang kita alami saat ini tak akan selamanya ada di pihak kita. Alam punya ritme yang akan mengatur hidup kita, tapi itu bukan berarti kita boleh bermalas-malasan berharap mendapatkan apa yang kita inginkan. Sekalipun alam punya aturan atas hidup kita, semua tergantung pada keputusan kita, mau bergerak bersama alam atau cukup diam saja dan membiarkan alam melumat kehidupan kita. Yang ingin saya sampaikan adalah hidup punya caranya sendiri untuk mengatur hidup dan ketika kita lengah dengan hidup, maka jangan harap hidup akan berbaik hati pada kita. 

Belajarlah pada semut mobal: dari chaos kembali menuju keteraturan.

Aku Bermimpi?

Apa itu hidup?
Apa itu mimpi?
Mimpi dalam hidup atau hidup dalam mimpi?
Semuanya hanyalah mimpi. Mimpi dan mimpi lagi.
Ah, kenapa mesti ada mimpi?
Tak cukupkah hidup tanpa mimpi?
Kalau mimpi cuma mempersulit hidup mungkin tak perlu ada mimpi,
atau malah tak perlu ada hidup.
Terlalu jauh aku termakan mimpi –yang tak aku tahu apa arti mimpi itu-
Mimpi yang membawaku untuk melarikan diri dari yang sedang terjadi,
membawaku pergi dengan sejuta kebohongan diri.
Apa memang aku tidak pantas untuk bermimpi?
atau mimpiku yang tak pernah ada pada tempatnya?
Ah, aku juga tak tahu itu.
Rasanya aku hanya terbentur tembok tempat aku bersandar pada mimpi.

Kemana aku harus mencari mimpiku?
atau mimpi macam apa yang harus aku cari?
Seseorang tolong bantu aku untuk membenturkan kepalaku di atas tembok mimpi.

di tengah terik siang aku bermimpi,
Sendangsono, 11 September 2012

Matahari, Rembulan dan Pagi

Dulu,
Aku pikir bahwa kamu adalah matahari,
memberi terang dari pagi sampai aku tegak berdiri,
Namun aku sadari,
Kamu adalah matahari yang hadir untuk senja,
memberi dua rasa dalam satu kesempatan,
manisnya perjumpaan dan pahitnya keterbatasan,
Lalu malam pun datang.
Dulu,
Aku pikir kamu adalah rembulan,
mengisi terang di sela dekapan raut muka sang malam,
Tetapi aku sadari,
Kamu adalah bulan sabit,
yang muncul terlarut pagi, tersaput awan di tepi garismu,
Tak sempat aku menikmati senyum cantikmu,
Pagi sudah menjelang dan kamu pun berlalu,
bersembunyi di tengah kepungan pagi.

Aku pun sempat berpikir bahwa kamu pasti adalah pagiku,
membangunkan aku dengan sinar hangatmu,
membawa gemericik alunan orkestra burung yang entah aku tak tahu namanya,
Berharap kamu akan memberikan uluran hangat tanganmu,
mengangkatku dari nikmat kasurku,
Namun, kamu adalah pagi yang terlalu cepat berlalu,
Tak sempat aku menikmati lentik sinarmu,
atau memang aku yang terlalu lama terlelap dalam gelap.
Kini,
Aku tak bisa mengerti,
Kenapa ada matahari, rembulan, dan akhirnya pagi?
Datang lalu pergi,
Pergi lalu datang,
Belum sempat aku ucapkan salamku, kamu sudah pergi.
Ketika kamu kembali, aku tak menyadarimu sampai akhirnya kamu pergi lagi.

Tak ada yang pasti ke mana atau di mana kamu akan berhenti.
Sampai aku menyadari bahwa,
Jika kamu bukan matahari yang menyinariku,
rembulan yang menemaniku,
dan pagi yang membangunkanku,
kamu pasti ada untuk orang yang memang tercipta untukmu,
Kamu hadir bukan untukku tapi untuk dia,
yang selalu setia di sisimu, menantikan sinarmu.
dan aku terlalu jauh untuk mendapatkan sinarmu.

Sore ditemani lagu Bungaku-Boomerang-
11 September 2012

Behentilah dan Berlarilah !

Duduk sepi di kursi,
bahkan teman utk sekedar berbagi pengalaman pun tak ada.
dan semua hanya sendiri tanpa ada yg datang utk sekedar mencoba mengerti.
bahwa hidup pun harus dihadapi sendiri, bukan untuk lari apalagi sembunyi.
Biarpun sendiri, tak berarti harus berhenti apalagi merengek seperti celoteh seorang bayi.

Mereka tak akan tahu pasti apa yg sedang kau hadapi,
bahkan mereka mengira kau sudah mati.
Kau hanya lukisan yang kau sendiri tak tahu gambar apa yg ada di kanvasmu.
Apakah kau masih ingin berdiri dan berlari
sementara kaki dan hati enggan utk lekas menari?
Apakah kau masih sanggup bertahan dg keadaan yg tak mungkin utk berjalan?
atau apakah kau tetap akan berjalan sementara kau sendiri tak tahan dg rusaknya jalan?

Sudahlah kawan,
jangan kau paksa kakimu untuk terus berjalan.
Mungkin mereka akan mengerti bahwa kau bukanlah lukisan yang bisa mereka beli.
Tak masalah jika kau harus pergi,
Hidup tak harus berhenti jika kau pergi.
Langit masih terlalu pagi jika kau berhenti,
sementara burung pun tak lelah utk bernyanyi.
Tak ada yang tak mungkin jika kau tak memutuskan utk berhenti.
Segeralah kau akhiri, berdiri, dan melesatlah kau berlari.