Senin, 19 November 2012

Matahari, Rembulan dan Pagi

Dulu,
Aku pikir bahwa kamu adalah matahari,
memberi terang dari pagi sampai aku tegak berdiri,
Namun aku sadari,
Kamu adalah matahari yang hadir untuk senja,
memberi dua rasa dalam satu kesempatan,
manisnya perjumpaan dan pahitnya keterbatasan,
Lalu malam pun datang.
Dulu,
Aku pikir kamu adalah rembulan,
mengisi terang di sela dekapan raut muka sang malam,
Tetapi aku sadari,
Kamu adalah bulan sabit,
yang muncul terlarut pagi, tersaput awan di tepi garismu,
Tak sempat aku menikmati senyum cantikmu,
Pagi sudah menjelang dan kamu pun berlalu,
bersembunyi di tengah kepungan pagi.

Aku pun sempat berpikir bahwa kamu pasti adalah pagiku,
membangunkan aku dengan sinar hangatmu,
membawa gemericik alunan orkestra burung yang entah aku tak tahu namanya,
Berharap kamu akan memberikan uluran hangat tanganmu,
mengangkatku dari nikmat kasurku,
Namun, kamu adalah pagi yang terlalu cepat berlalu,
Tak sempat aku menikmati lentik sinarmu,
atau memang aku yang terlalu lama terlelap dalam gelap.
Kini,
Aku tak bisa mengerti,
Kenapa ada matahari, rembulan, dan akhirnya pagi?
Datang lalu pergi,
Pergi lalu datang,
Belum sempat aku ucapkan salamku, kamu sudah pergi.
Ketika kamu kembali, aku tak menyadarimu sampai akhirnya kamu pergi lagi.

Tak ada yang pasti ke mana atau di mana kamu akan berhenti.
Sampai aku menyadari bahwa,
Jika kamu bukan matahari yang menyinariku,
rembulan yang menemaniku,
dan pagi yang membangunkanku,
kamu pasti ada untuk orang yang memang tercipta untukmu,
Kamu hadir bukan untukku tapi untuk dia,
yang selalu setia di sisimu, menantikan sinarmu.
dan aku terlalu jauh untuk mendapatkan sinarmu.

Sore ditemani lagu Bungaku-Boomerang-
11 September 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar