Kamis, 22 November 2012

Hujan : Nyaman dan Aman


Hujan yang lama. Dari siang tadi, sekitar jam 12-an sampai sekarang masih saja hujan mengguyur lamunan. Tidak deras, tidak juga pelan, hujan yang sedang-sedang saja. Kalo orang bilang, ini hujan yang romantis, tetes air yang lembut lagi pelan. Wuiih, romantis dari mananya coba? Yang ada malah hujan yang melenakan, menggiurkan, dan tentu saja memalaskan.
Irama tetesan hujan yang pelan, merdu seolah membuat badan enggan untuk bergerak. Pengennya menikmati kenyamanan badan. Ya, itulah hujan hari ini. Hujan yang nyaman sekaligus menenangkan.

Pikiran saya menjadi tergugah. Otak saya mencari pemahaman dengan penalaran seadanya dan tentu saja sekenanya. Mayoritas suasana yang ditawarkan hujan ketika datang adalah nyaman dan tentu saja tenang, yang akhirnya membuat badan terasa aman untuk tetap berlindung. Saya hanya ingin mengambil poin bahasan tentang: nyaman dan aman.

Nyaman dan aman. Situasi yang menawarkan kesenangan, keengganan untuk bergerak, santai menikmati suasana dan merasa betapa nikmatnya suasana aman dan nyaman. Orang sering terlena dalam suasana kenyamanan ditambah rasa aman, membuat orang lupa bahwa dirinya sedang dalam perutusan. Memang sih, tidak ada salahnya untuk tinggal dalam suasana nyaman sekaligus aman. Semua orang berhak untuk mendapatkan dan merasakannya. Namun, yang perlu disadari juga adalah suasana nyaman dan aman pelan-pelan akan membunuh kesadaran dan akhirnya menjadi orang yang enggan untuk berjuang. Nyaman tidak hanya diperoleh dalam keadaan hujan, entah nyaman karena kedudukan, nyaman karena pekerjaan, nyaman karena tak dikenal banyak orang, nyaman karena bebas dari tugas dan masih banyak lagi nyaman yang lain. Seringkali pembenaran diri yang muncul adalah, hidup cuma sekali buat apa dibuat susah. Pembenaran yang dikeluarkan untuk melanggengkan keadaan nyaman. Seperti yang saya sampaikan tadi, nyaman memberikan tawaran menyenangkan yang akhirnya melemahkan.

Terlalu lama berada dalam suasan nyaman menjadikan kita tak sadar bahwa kita memiliki kemampuan yang melebihi kenyaman yang kita dapatkan. Keluarlah dari kenyamanan dan lihat masih banyak yang bisa kita lakukan daripada sekedar memanjakan kebutuhan jasmani tanpa mengembangkan kemampuan kita. Kita dilahirkan bukan untuk mendapatkan kenyamanan, tetapi kita dilahirkan untuk mengalahkan kenyamanan. Selama kenyamanan masih ada, kita belumlah memenuhi tugas perutusan kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar