Sore ini, saya duduk di kursi ruang tamu. Lalu tampaklah di
luar seekor ayam jago kate yang bertengger di pagar. Rupanya jago kate itu
sedang mencoba berkokok. Walaupun jago itu belumlah dewasa benar, ia tetap
mencoba berkokok dengan suara yang masih agak parau. Jago itu berkokok
berkali-kali dan membuat saya bertanya-tanya,”Jago itu kok berkokok
berkali-kali ada apa ya?”
Akhirnya setelah saya cari-cari, ketemulah jawabannya. Rupanya
jago kate itu menunggu respon/balasan suara kokokan dari jago lain. Jago itu
akan terus berkokok sampai ada balasan dari ayam jago lain. Meski suara
kokoknya masih belum jelas benar, jago kate itu tetap bersuara hanya untuk
memaklumkan dirinya lewat suara kokoknya.
Setidaknya itulah yang saya pikirkan selama melihat ayam
jago kate itu terus berkokok. Lalu dari perilaku ayam jago itu pun dalam benak
saya berpikir. Barangkali, untuk menunjukkan suatu eksistensi memang diperlukan
aksi; aksi pun bukan sembarangan dilakukan apalagi sekedar sensasi yang tak
berarti. Kadang banyak orang menginginkan eksistensinya diakui, lalu berusaha
dengan berbagai cara supaya tercapailah keinginannya. Sayangnya, tak sedikit
yang salah mengambil pilihan untuk pengakuan eksistensi. Berbuat aksi hanya
penuh dengan sensasi yang “dalam”nya tak berisi. Maka haruslah dipiliah aksi
yang memang memiliki prestasi, bukan asal-asalan. Lebih singkatnya, dari aksi
muncullah sebuah prestasi; dari prestasi inilah yang akan memaklumkan
eksistensi.
Maka dari itu, marilah kita teliti dan cermat dalam memilih
keputusan untuk aksi kita. Bukan untuk mengejar sensasi, tetapi kejarlah
prestasi maka suatu tempat akan kita dapatkan, yaitu eksistensi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar