Selasa, 16 April 2013

Cerita dari Menoreh



Siang hari tadi saya pergi ke Seminari Mertoyudan bersama teman saya –sebut saja Babe- untuk keperluan melegalisir ijasah. Terakhir kali saya mengunjungi almamater saya ini ketika perayaan 100 tahun Seminari Mertoyudan setahun yang lalu, maka kunjungan saya kali ini bisa dibilang sebagai tombo kangen berjumpa kembali dengan almamater tercinta. Suasana nan tenang yang meneduhkan masih terasa ketika akhirnya saya sampai di sana. Yah, rasanya seperti kembali ke rumah sendiri setelah bertahun-tahun berkelana entah di padang savana (lebay dikit). 

Setelah urusan legalisir selesai, mampirlah kami di warung makan mbak Tami (mungkin lebih cocok dipanggil bu Tami krn memang sudah tidak mbak-mbak lagi) untuk bernostalgia. Saya memesan nasi+sayur kikil+telur ditambah segelas es teh. Rasanya memang masih sama dan tentunya membuat kenyang. Haha.

Selesai urusan makan, pulanglah kami ke rumah Babe. Dan dari perjalanan pulang inilah saya mendapatkan pemahaman akan ketenangan. Kami melewati jalan raya Mungkid lalu masuk ke daerah Borobudur dan dilanjutkan jalan pintas entah lewat mana saya tak tahu karena yang mengendalikan laju motor Babe. Yang saya ingat adalah melewati jalan-jalan sepi, masih banyak pohon, terasa asri menyejukan dan tentunya dengan bonus pemandangan panorama yang menakjubkan untuk saya. Hamparan pegunungan Menoreh terlihat begitu indahnya, hijau pohon tergelar sejauh mata memandang. Sejenak saya tak dapat berkata menyaksikan alam ini. Sayang saya tak membawa kamera untuk mengabadikan pemandangan yang luar biasa ini. Namun bukan itu yang utama. Saya hanya ingin berbagi cerita.

Kepenatan itu bisa berbagai macam sebabnya. Mungkin karena banyak tugas kuliah, tugas rumah, ada masalah dalam relasi dengan orang lain, karena tak punya uang atau banyak lagi yang lainya. Yang pasti penat itu tak mengenakkan dan member pengaruh pada mood/kondisi perasaan. Hampir semua orang pasti pernah mengalami dan merasakan kepenatan, termasuk saya. 

Kadang kita baru menyadari rasa penat itu ketika kita sudah jauh melangkah dalam melakukan sesuatu. Tak pernah penat itu muncul di awal. Lalu saya pun bertanya, “apakah penat itu bisa dicegah? Atau paling tidak diperkecil peluang munculnya?” saya rasa bisa andaikan kita mau menata pikiran kita untuk tetap terus bergembira. Bergembira itu bisa memecahkan semua masalah. Dan sayangnya banyak alasan untuk tidak bisa bergembira. Kebanyakan orang akan merasa kecil hati sebelum memulai sebuah pekerjaan. Akan menjadi berbeda jika dari awal kita memulai setiap pekerjaan dengan gembira, sperti yg saya rasakan siang ini ketika menyaksikan pemandangan pegunungan menoreh. Rasanya senang tanpa beban dan membebaskan. 

Hendaknya sperti itulah hati dan pikiran kita setiap kali menghadapi problema kehidupan ini. Rasa senang tanpa beban nan membebaskan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar