Siang hari tadi saya pergi ke Seminari Mertoyudan bersama
teman saya –sebut saja Babe- untuk keperluan melegalisir ijasah. Terakhir kali
saya mengunjungi almamater saya ini ketika perayaan 100 tahun Seminari
Mertoyudan setahun yang lalu, maka kunjungan saya kali ini bisa dibilang
sebagai tombo kangen berjumpa kembali dengan almamater tercinta. Suasana nan
tenang yang meneduhkan masih terasa ketika akhirnya saya sampai di sana. Yah,
rasanya seperti kembali ke rumah sendiri setelah bertahun-tahun berkelana entah
di padang savana (lebay dikit).
Setelah urusan legalisir selesai, mampirlah kami di warung
makan mbak Tami (mungkin lebih cocok dipanggil bu Tami krn memang sudah tidak
mbak-mbak lagi) untuk bernostalgia. Saya memesan nasi+sayur kikil+telur
ditambah segelas es teh. Rasanya memang masih sama dan tentunya membuat
kenyang. Haha.
Selesai urusan makan, pulanglah kami ke rumah Babe. Dan dari
perjalanan pulang inilah saya mendapatkan pemahaman akan ketenangan. Kami melewati
jalan raya Mungkid lalu masuk ke daerah Borobudur dan dilanjutkan jalan pintas
entah lewat mana saya tak tahu karena yang mengendalikan laju motor Babe. Yang saya
ingat adalah melewati jalan-jalan sepi, masih banyak pohon, terasa asri
menyejukan dan tentunya dengan bonus pemandangan panorama yang menakjubkan
untuk saya. Hamparan pegunungan Menoreh terlihat begitu indahnya, hijau pohon
tergelar sejauh mata memandang. Sejenak saya tak dapat berkata menyaksikan alam
ini. Sayang saya tak membawa kamera untuk mengabadikan pemandangan yang luar
biasa ini. Namun bukan itu yang utama. Saya hanya ingin berbagi cerita.
Kepenatan itu bisa berbagai macam sebabnya. Mungkin karena
banyak tugas kuliah, tugas rumah, ada masalah dalam relasi dengan orang lain,
karena tak punya uang atau banyak lagi yang lainya. Yang pasti penat itu tak
mengenakkan dan member pengaruh pada mood/kondisi perasaan. Hampir semua orang
pasti pernah mengalami dan merasakan kepenatan, termasuk saya.
Kadang kita baru menyadari rasa penat itu ketika kita sudah
jauh melangkah dalam melakukan sesuatu. Tak pernah penat itu muncul di awal. Lalu
saya pun bertanya, “apakah penat itu bisa dicegah? Atau paling tidak diperkecil
peluang munculnya?” saya rasa bisa andaikan kita mau menata pikiran kita untuk
tetap terus bergembira. Bergembira itu bisa memecahkan semua masalah. Dan sayangnya
banyak alasan untuk tidak bisa bergembira. Kebanyakan orang akan merasa kecil
hati sebelum memulai sebuah pekerjaan. Akan menjadi berbeda jika dari awal kita
memulai setiap pekerjaan dengan gembira, sperti yg saya rasakan siang ini
ketika menyaksikan pemandangan pegunungan menoreh. Rasanya senang tanpa beban
dan membebaskan.
Hendaknya sperti itulah hati dan pikiran kita setiap kali
menghadapi problema kehidupan ini. Rasa senang tanpa beban nan membebaskan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar