Rabu, 12 Desember 2012

Di Perempatan Klodran, Pagi Ini


Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar. Mat 11:15

Traffic light menyala merah. Aku berhenti  paling depan di perempatan Klodran. Sejenak aku mengamati keadaan di sekitarku. Dari depan datang seorang penjual Koran, lelaki paruh baya, berumur sekitar 50-an tahun. Ia memarkir sepeda jengkinya di pinggir jalan, dekat penyangga lampu traffic light dan ia segera menjajakan setumpuk Koran yang dibawanya. Dari arah kanan, lewatlah seorang nenek menggendong tenggok menyeberang jalan melintasi zebra cross. Jalannya tak terburu-buru namun langkah kakinya pasti, menapak setiap jengkal aspal di bawah. Dari jalan sebelah kanan, rupanya traffic light sudah menyala hijau. Sejumlah motor yang dikendarai para pekerja mulai bergerak maju ke depan, hanya ada sedikit mobil yang ikut berjalan. Mereka, para pekerja itu segera memacu motornya, berharap tak telat sampai di tempat kerjanya.

Setiap orang perlu untuk bergerak. Tak diam. Apa yang membuatnya bergerak? pekerjaan?  tugas? uang? hidup? atau apa? Apapun alasan dan motivasinya pastilah membutuhkan gerak. Tak ada yang tak membutuhkan gerak. Orang memimpikan memilik rumah, mobil, pekerjaan. Itu berarti ia perlu bergerak. Seorang mahasiswa memimpikan nilai ujian yang terbaik dan prestasi yang baik pula, itu berarti ia perlu bergerak juga. Seorang anak kecil menginginkan jajanan, es krim, itu artinya ia perlu bergerak juga untuk meminta pada orang tuanya. Semua orang memang butuh gerak. Hanya saja, kadang mereka tak tahu harus bergerak seperti apa dan bagaimana caranya. Bingung, tak tahu caranya lalu akhirnya menggerutu, meratapi hidup seolah hidup tak berpihak dan akhirnya menyalahkan hidup dan Tuhannya.

Sebenarnya sangatlah simple utk tidak terperangkap dalam keadaan bingung harus berbuat apa. Saran saya cukuplah, “Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar.” Ya, Mendengar. Itulah jalan keluarnya. Dengar suara hati, dengarkan dia berkata apa. Dalam kondisi sesulit apapun, suara hati pasti mengeluarkan perkataannya. Dan suara yang keluar itulah yang akan menuntun kita harus bergerak seperti apa, layaknya penjual Koran, seorang nenek yang menyebrang jalan, atau para pekerja yang memacu motornya seperti yang saya lihat di perempatan jalan pagi ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar