Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar.
Mat 11:15
Traffic light menyala merah. Aku
berhenti paling depan di perempatan
Klodran. Sejenak aku mengamati keadaan di sekitarku. Dari depan datang seorang
penjual Koran, lelaki paruh baya, berumur sekitar 50-an tahun. Ia memarkir
sepeda jengkinya di pinggir jalan, dekat penyangga lampu traffic light dan ia
segera menjajakan setumpuk Koran yang dibawanya. Dari arah kanan, lewatlah
seorang nenek menggendong tenggok menyeberang jalan melintasi zebra cross.
Jalannya tak terburu-buru namun langkah kakinya pasti, menapak setiap jengkal
aspal di bawah. Dari jalan sebelah kanan, rupanya traffic light sudah menyala
hijau. Sejumlah motor yang dikendarai para pekerja mulai bergerak maju ke
depan, hanya ada sedikit mobil yang ikut berjalan. Mereka, para pekerja itu
segera memacu motornya, berharap tak telat sampai di tempat kerjanya.
Setiap orang perlu untuk bergerak. Tak
diam. Apa yang membuatnya bergerak? pekerjaan?
tugas? uang? hidup? atau apa? Apapun alasan dan motivasinya pastilah
membutuhkan gerak. Tak ada yang tak membutuhkan gerak. Orang memimpikan memilik
rumah, mobil, pekerjaan. Itu berarti ia perlu bergerak. Seorang mahasiswa
memimpikan nilai ujian yang terbaik dan prestasi yang baik pula, itu berarti ia
perlu bergerak juga. Seorang anak kecil menginginkan jajanan, es krim, itu
artinya ia perlu bergerak juga untuk meminta pada orang tuanya. Semua orang
memang butuh gerak. Hanya saja, kadang mereka tak tahu harus bergerak seperti
apa dan bagaimana caranya. Bingung, tak tahu caranya lalu akhirnya menggerutu,
meratapi hidup seolah hidup tak berpihak dan akhirnya menyalahkan hidup dan
Tuhannya.
Sebenarnya sangatlah simple utk tidak
terperangkap dalam keadaan bingung harus berbuat apa. Saran saya cukuplah,
“Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar.” Ya, Mendengar. Itulah jalan
keluarnya. Dengar suara hati, dengarkan dia berkata apa. Dalam kondisi sesulit
apapun, suara hati pasti mengeluarkan perkataannya. Dan suara yang keluar
itulah yang akan menuntun kita harus bergerak seperti apa, layaknya penjual
Koran, seorang nenek yang menyebrang jalan, atau para pekerja yang memacu
motornya seperti yang saya lihat di perempatan jalan pagi ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar