Selasa, 12 Juni 2012

Setia Berbagi

Setia berbagi

Sepasang kakek-nenek datang ke restoran Mc’Donald dengan saling menuntun. Mereka duduk di sebuah bangku panjang berdua, di samping seorang anak muda. Si kakek segera berdiri dan memesan makanan, sebuah hamburger, seporsi kentang goring dan segelas minuman. Setelah itu, kembali duduk, membagi hamburger menjadi dua, menghitung kentang goring dengan cermat dan membagi adil dengan si nenek, kemudian mengambil dua sedotan dan menaruh gelas minuman tepat di tengah meja. 
Sementara si anak muda memperhatikan tingkah laku sepasang kakek-nenek itu dengan sangat salut.
Si kakek kemudian mulai makan bagiannya, sementara si nenek hanya memperhatikannya saja. Si anak muda merasa kasihan, akhirnya mendekat dan berkata, “Kek, boleh….,  Jawab si kakek,”Tidak usah, terima  kasih..kami selalu berbagi makanan yang sama.”
Sampai si kakek selesai makan, mengelap mulut dengan tissue, si nenek masih saja menunggu tanpa menyentuh makanan yang menjadi bagiannya. 
Si anak muda mendekat lagi, kali ini berkata, “Nek, bolehkah saya belikan makanan yang lain, mungkin nenek tidak suka yang ini?” Jawab si nenek,”Tidak, terima kasih.” 
Lalu si anak muda itu bertanya lagi, “Kalau begitu kenapa makanannya tidak dimakan, katanya kalian suka berbagi?” Kata si nenek,” Saya sedang menunggu gigi palsu, gentian sama kakek!”

Cangkir Cantik

Cangkir  Cantik

Sepasang kakek nenek pergi berbelanja di sebuah took souvenir untuk mencari hadiah yang akan diberikan pada cucu mereka. Kemudian mata mereka tertuju kepada sebuah cangkir yang cantik.
“Lihat cangkir itu.” Kata si nenek kepada si kakek.
“Inilah cangkir tercantik yang pernah aku lihat.” Ujar si kakek.
Saat mereka mendekati cangkir itu, tiba-tiba cangkir itu berbicara, “Terima kasih untuk perhatiannya, perlu diketahui bahwa aku dulunya tidaklah cantik.”

Sebelum menjadi cangkir yang dikagumi, aku hanyalah seonggok tanah liat yang tidak berguna. Namun suatu hari ada seorang dengan tangan kotor melempar aku ke sebuah roda berputar. Kemudian ia mulai memutar-mutar aku hingga aku merasa pusing. “Stop! Stop!” aku berteriak. Tetapi orang itu berkata, “Belum!” Lalu ia mulai menyodok dan meninjuku berulang-ulang. “Stop! Stop!” Teriakku lagi. Tapi orang ini masih saja meninjuku tanpa menghiraukan teriakanku. Bahkan lebih buruk lagi, ia mulai memasukkan aku ke dalam perapian. “Panas! Panas !” teriakku dengan keras. “Stop! Cukup!” teriakku lagi. Tapi orang itu berkata, “Belum!” akhirnya setelah waktu yang cukup lama, ia mengangkatku dari perapian itu dan membiarkan aku sampai dingin.

Aku pikir selesailah penderitaanku. Oh, ternyata belum! Setelah aku dingin aku diberikan kepada seorang wanita muda dan ia mulai mewarnaiku. Asapnya begitu memualkan. “Stop! Stop!” teriakku. Wanita itu berkata, “Belum!” Lalu ia memberikan aku kepada seorang pria dan memasukkan aku lagi ke dalam perapian yang lebih panas dari sebelumnya. “Tolong! Hentikan penyiksaan ini!” aku berteriak sekuat-kuatnya sambil menangis. Tapi ia terus saja membakarku dan setelah puas “menyiksaku” ia membiarkan aku dingin.
Setelah benar-benar dingin, seorang wanita cantik mengangkatku dan menempatkanku di dekat kaca. Aku melihat diriku..aku terkejut sekali!! Aku hamper tidak percaya karena di hadapanku berdiri sebuah cangkir yang begitu cantik! Semua kesakitan dan penderitaanku yang lalu menjadi sirna tatkala kulihat diriku.

Seperti itulah kehidupan membentuk kita. Dalam perjalanan hidup akan banyak kita temui keadaan yang tidak menyenangkan, sakit, penuh penderitaan, dan banyak air mata. Tetapi itulah, satu-satunya cara untuk mengubah kita supaya menjadi “cantik” layaknya kisah cangkir tadi. Janganlah lupa bahwa pencobaan yang kita alami tidak akan melebihi kekuatan kita. Artinya tidak ada alasan untuk tergoda dan jatuh dalam keterpurukan apabila kita sedang menghadapi ujian kehidupan. Hanya orang yang tegar dan kuatlah yang akan bisa menjadi pemenang. Jangan kecil hati, karena Tuhan sedang membentuk kita. Bentukan-bentukan yang kita alami memang menyakitkan, tetapi setelah prose situ selesai, kita akan melihat betapa cantiknya Tuhan membentuk kita.

Ia Tak Tahu Alasannya

Ia Tak Tahu Alasannya

Aku berdiri di depan sebuah pintu kayu,
dan kuberanikan diri untuk membuka pintu itu,
terlihat..

Kakiku terhenti di antara jalanan berduri,
berharap engkau datang mengajakku untuk terus berjalan,
Jari tanganku terasa kaku berwarna biru,
merindukan genggamanmu menggandeng tanganku,
Mataku terasa sayu,
setiap malam menanti sorot tatapanmu,
Mulutku terdiam termakan bisu,
berharap suaramu menyapaku,
mengakhiri kesunyian kata,
Telingaku tak pernah berhenti mengucap doa,
berharap engkau mengidungkan sebuah nyanyian untukku,
Pikiranku selalu saja tak pernah lelah untuk terus berlari,
dan aku pun bertanya kepadanya,” Apa yang kamu kejar?”
jawabnya,”Suara hati.”

Sementara yang aku tahu,
Hatiku tak pernah berbicara kepada kedua mataku,
tak pernah berkata kepada lengkungan mulutku,
ataupun sekedar berbisik pada telinga.
Ia hanya tak bisa berhenti untuk mencintaimu,
Ya..itu yang aku tahu,
Hatiku tak pernah berhenti mencintaimu,
dan selalu saja pikiranku terus bertanya,”Kenapa kamu mencintainya?”
“Aku pun tak tahu mengapa.” Jawab hatiku.


13 Februari 2012
Secangkir kopi menemaniku menunggu pagi