Cerita Aji Saka yang
mengalahkan Dewatacengkar memiliki hubungan yang mendasari tulisan Jawa. Aji
Saka mempunyai dua orang pengiring yang bernama Dora dan Sembada. Sewaktu Aji
Saka berada di Medang Kamulan bersama dengan Dora, Sembada masih tinggal di
padepokan menjaga keris Aji Saka. Aji Saka berpesan kepada Sembada untuk tidak
menyerahkan keris itu kepada siapapun kecuali Aji Saka sendiri yang
mengambilnya. Setelah Aji Saka berhasil melaksanakan misinya, ia memberi
perintah kepada Dora untuk mengambil keris itu di padepokan. Sesampainya Dora di padepokan, ia segera menyampaikan
pesan kepada Sembada untuk mengambil keris titipan Aji Saka dan mengajak
Sembada pergi ke Medang Kamulan. Akan tetapi, Sembada tidak mau memberikan
keris itu karena Aji Saka sendirilah yang akan mengambilnya dan ia tahu bahwa
Dora sering berbohong. Sembada berjuang mempertahankan keris itu dan Dora juga
berjuang meminta keris itu. Pertentangan tidak dapat dielakkan. Awalnya
pertentangan masih secara halus lama-kelamaan menjadi adu kedigdayaan.
Akhirnya, mereka pun bertarung. Dora ditusuk dengan keris itu oleh Sembada dan
karena masih kuat, ia mengambil keris itu, lalu menusukkannya pada Sembada.
Akhirnya, keduanya pun mati.
Setelah
sekian lama Dora dan Sembada tidak muncul menghadap, Aji Saka baru teringat
akan pesan yang pernah diberikan kepada Sembada sebelum ia berangkat ke Medang
Kamulan. Ia pun segera menyusul ke padepokan untuk mencari Dora dan Sembada.
Tetapi yang ia dapatkan adalah kepiluan. Ia mendapati Dora dan Sembada sudah
mati dan kerisnya tergeletak di antara keduanya. Dengan sedih dan haru, ia
mengingat kesetiaan kedua pengiringnya dan terucap kata-kata hanacaraka
datasawala padhajayanya magabathanga. Sejak saat itu dan sesuai dengan
kata-kata yang diucapkan oleh Aji Saka, terbentuklah susunan huruf dan abjad
Jawa. Cerita tersebut diuraikan dalam huruf Jawa seperti berikut.[1]
Tahap
I : Hana caraka : ana utusan ( ada utusan )
Tahap
II : Data sawala : padha suwala ( saling bertengkar )
Tahap
III : Padha jayanya : padha
digdayane (sama saktinya)
Tahap
IV : Maga bathanga : dadi
bathang (menjadi bangkai)
Masyarakat
Jawa yang mengejar kesempurnaan hidup “ngudi kasampurnaning urip” dan
mengejar kebijaksanaan “ngudi kawicaksanan” selalu berorientasi pada lima huruf pertama
dalam deretan huruf Jawa. Lima huruf pertama itu maksudnya adalah :
Ha artinya haurip atau
urip yang artinya hidup merupakan salah satu sifat Yang Maha Esa.
Na artinya hana atau ana
yang artinya adalah ada. Ada alam
semesta yaitu kosmologi.
Ca artinya cipta yang
artinya adalah pikiran, nalar dan akal.
Ra artinya rasa dan
perasaan.
Ka artinya karsa yang
artinya kehendak atau kemauan.
Secara singkat arti tersebut dapat
disimpulkan bahwa manusia adalah ciptaan Allah yang dalam kodratnya mempunyai
cipta, rasa dan karsa. Hanacaraka merupakan suatu kesatuan yang terdiri
atas alam semesta, manusia dan Tuhan Yang Maha Esa.
Tulisan
Jawa terdiri atas beberapa unsur yang saling melengkapi. Unsur-unsur
tersebut misalnya aksara Murda
untuk menulis kata yang bermakna lebih atau berhubungan dengan ningrat, aksara
Rekan untuk mengatasi huruf-huruf abjad nasional, Swara untuk
menuliskan kata-kata khusus Pasangan, Sandhangan dan angka Jawa.
Tulisan Jawa melukiskan kehidupan dan sikap orang Jawa. Huruf Jawa tetap hidup
biarpun dipepet, dipengkal, diwulu, ditarung dan disuku, tetapi
huruf Jawa akan mati bila dipangku. Bagi orang non-Jawa yang belum
mengenal budaya Jawa akan sulit memahami tulisan tersebut, tetapi akan menjadi
paham bila dijelaskan oleh orang Jawa sendiri.
Makna
pernyataan hidup di atas adalah diperlakukan seperti apapun, orang Jawa tetap
gembira dan senang, artinya bebas melakukan apapun asal berkehendak baik. Orang
Jawa akan mati apabila “dipangku”. Maksud mati di sini adalah bahwa orang Jawa
tersebut tidak bebas, merasa tidak enak, rikuh. Orang Jawa akan “mati” apabila
dipuji, disanjung, dan dielu-elukan. Jadi, sikap orang Jawa masih memiliki
hubungan yang erat dengan tulisan Jawa.
sumber: Endraswara,Suwardi.2003.Falsafah Hidup Jawa. Cakrawala:Yogyakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar